Pages

9/6/12

Masuk Neraka Karena Lalat


Pada zaman dahulu, disebuah perkampungan yang terpencil, hiduplah seorang seniman yang sangat pintar. Selain itu, ia seorang ahli agama di kampungnya. Ia tidak pernah meninggalkan sholat, selalu bersedekah setiap hari, puasa sunah dan wajib ia kerjakan, dan masih banyak lagi hal yang positif ia kerjakan. Banyak orang-orang yang menantikan saat ia menjadi khotib dalam sholat Jum'at dan sholat lainnya.

Suatu hari, saat dia sedang melukis kaligrafi, ia diganggu oleh seekor lalat yang melintas dan menghinggap di wajahnya. Pertama ia biasa-biasa saja dengan lalat tersebut, namun lalat itu seperti meledek seniman itu. Akhirnya sang seniman meniup lalat tersebut sehingga lalat itu tercebur kedalam cangkir teh yang berada di sampingnya. Lalat itu menggerak-gerakkan sayapnya seperti orang minta tolong. Tapi sang seniman itu tidak menolong lalat itu sehingga lalat tersebut mati di dalam cangkir itu.

Pada esok harinya, warga dikejutkan dengan meninggalnya sang seniman sekaligus ahli agama tersebut. Semua warga merasa sedih karena kehilangan seseorang yang sangat pintar tersebut. Setelah dimandikan, seniman itu lalu dikubur disamping rumahnya.

Saat di alam kubur, seniman itu merasa tenang akan dirinya. Ia yakin bahwa bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kedua malaikat. Kemudian datanglah Munkar dan Nakir dihadapannya. "Siapa Tuhanmu?" Tanya malaikat."Tuhanku Allah" Jawab seniman itu. "Amalan apa yang kamu bawa?". "Aku membawa amal yang baik. Selama aku hidup, aku selalu mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Aku tak pernah lupa sholat, selalu bersedekah, membaca Al-Qur'an, dan masih banyak lagi" Sahutnya dengan berani. "Namun semua itu tidak menyelamatkanmu dari api neraka". Seniman itu terkejut, ia merasa selama hidupnya mengerjakan apa yang diperintahkan Allah, ia protes atas perkataan malaikat itu "Mengapa begitu wahai malaikat,? Aku selalu mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangaNya. Mengapa aku masuk neraka?". "Karena kamu tidak menyelamatkan lalat yang tercebur didalam cangkirmu itu". 

No comments:

Post a Comment