Pages

9/10/12

Kutemukan Jodohku


Saat itu aku sedang duduk duduk di teras rumahku. Memang saat itu umurku sudah cukup tua, yaitu 35 tahun. Sampai saat ini aku belum mendapatkan jodoh. ketika aku hendak meneguk teh yang berada disampingku, ibu datang menghampiriku. Tanpa basa basi ibu bertanya "Sampai kapan nak kamu terus seperti ini? Sudah saatnya kamu mencari kekasih hatimu nak! Dan saat ini ibu sudah sakit-sakitan. Ibu ingin melihat kamu saat berada di pelaminan sebelum ibu menutup mata!". Kata-kata ibuku ini membuatku gemetar. Memang benar, saat ini aku disibukan oleh kerjaanku sebagai direktur di sebuah perusahaan swasta. Aku tidak pernah berpikiran untuk mencari jodoh. "Baik bu, aku akan mencari jodohku. Aku akan berusaha bu".


Pada malam hari, aku sholat istikhoroh untuk meminta jodohku kepada Allah. Setelah aku selesai sholat, aku  tertidur. Aku bermimpi aku bertemu dengan jodohku, samar-samar ku ingat ia bernama Haliza, teman kampusku. Namun kejadian itu tidak membuatku tergesa-gesa karena aku masih ragu-ragu.

esok harinya aku sedang menyiapkan perlengkapanku untuk pergi kekampus. Lalu ibu datang dan berkata "Ibu kasih waktu 3 hari untukmu mencari jodoh. Kalau kamu tidak menemukannya juga, kamu akan ibu jodohkan dengan Nila, tetangga sebelah. Ia baik kok, sopan, rajin, dan cantik pula" ."Iya bu..."

Di kampus, kumemandangi Haliza dengan rasa bingung. Mengapa ia bisa berada dalam mimpiku. Padahal ia biasa-biasa saja. Tapi ia sangat pintar dan rajin beribadah. Sampai-sampai makalahku pernah ia bantai karena kurang mencakup materi. Bagaimana kalau aku sudah menikah? Bisa-bisa aku dibantai terus setiap hari.

Pada malam harinya aku istikhoroh lagi. Kali ini aku lebih pasrah dan lebih mengkosongkan pikiranku. Kuterima apa adanya. Dan saat aku tertidur, aku memimpikan ia lagi. Namun kali ini rupanya dan namanya terlihat dan terdengar jelas. Mungkin ini jodohku.

"Ingat, waktu tinggal satu hari lagi!" Sahut ibuku di dapur. Di kampus aku tidak melihat Haliza. Namun ketika  pelajaran sudah dimulai barulah ia datang. Ia duduk disampingku. Saat jam pulang, aku sengaja melambatkan gerakku. Kutunggu kelas sampai sepi. Dan saat kelas sudah sepi, aku berkata kepadanya dengan gugup "Haliza, Maukah kau menjadi kekasihku?"."Mungkin kamu salah" Ia langsung pergi meninggalkanku. Hari itu aku pasrah menerima apa adanya.

Esok harinya kubilang ke ibuku "Bu, aku siap menerima apa adanya" Setelah ku curhat pada ibuku tiba-tiba ada sms dari ponselku. Ketika kulihat ini dari Haliza dan ia berkata "Sepertinya tidak buruk. Masih berlaku tidak ucapan yang kemarin?"

No comments:

Post a Comment