"Kapan aku mendapat jodoh?" Itulah yang sering dikatakan oleh setiap orang yang tidak sabar dengan kehadiran sang kekasih hati. Bahkan sebagian dari mereka merasa putus asa karena tidak dapat mencari kekasih hati. Mereka beranggapan kalau mau mendapat sang pujaan hati itu harus kaya, tampang ganteng/cantik, dan lain sebagainya yang membuat mereka semakin mundur dari tantangan ini. Namun apa yang harus kita lakukan?
Yang perlu kita lakukan itu hanya bersabar dan bertawakal. Kita serahkan saja semuanya kepada Allah yang lebih tahu rupa,sifat, dan sebagainya tentang jodoh kita nanti. Ketampanan dan kekayaan bukanlah segalanya. Yang paling penting itu adalah "Akhlakul Karimah" (Akhlak yang terpuji). "Tapi banyak orang kaya dan tampan bisa mendapat jodoh dengan cepat?". Itulah Allah Maha Adil Maha Bijaksana. Mengapa begitu? karena walapun ia orang kaya dan mudah mendapat jodoh, apakah dia senang? Belum tentu kawan. Ada orang yang miskin, tapi mereka hidup dengan penuh cinta dan kenikmatan walaupun sedikit. Ada orang kaya yang mempunyai segalanya, namun ia sakit-sakitan, sering bertengkar dengan istrinya, dll. Maka janganlah kita selalu beranggapan bahwa Allah itu tidak adil.
"Tapi jika jodoh kita tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan?" Tetap saja, kita harus menerima apa adanya. Itulah yang dianggap Allah baik untuk kita. Mungkin jodoh yang kita dapat rupanya buruk, namun hatinya seluas samudra. Tidak selamanya apa yang kita anggap baik belum tentu baik untuk kita. Mungkin ini bisa diambil sebagai contoh:
Syaikh Muhammad al-Munqadir terkenal akan kehidupan membujangnya yang sangat lama. Bukan apa-apa, ia sangat miskin. Ia tidak memiliki harta untuk membayar mahar pernikahannya. Bayangkan, ia hanya memiliki pakaian yang melekat di badannya dan sebuah tempat tidur yang usang. Tetapi, ia ridha dan menjalaninya sebagai ujian dari Allah SWT.
“Terima kasih
, ya Allah. Aku masih selalu diberi kesehatan yang membuatku bisa terus-menerus beribadah dan bermunajat kepada-Mu,” doa Syeh Muhammad al-Munqadir suatu hari.
Hamba Allah yang masih mempunyai kekerabatan dengan Abu bakar ash-Shiddiq ini adalah orang yang sangat dekat dengan Allah SWT. Tapi, tampaknya tak seorang pun yang tahu bagaimana gerangan kedekatan lelaki tersebut. Suatu hari, karena kelaparan yang sangat, ia datang ke rumah Aisyah binti Abu Bakar. Ia berharap Aisyah dapat memberinya sedikit makanan untuk mengganjal perutnya yang sudah meronta-ronta. Namun, alangkah sedihnya beliau ketika Aisyah mengatakan bahwa ia pun tidak mempunyai apapun untuk diberikan.
“Wahai Muhammad, aku pun hidup di dalam keadaan serba kekurangan. Andaikata aku mempunyai uang 10.000 dinar sekarang, niscaya akan kuberikan kepadamu,” ujar Aisyah.
Dengan lunglai Muhammad al-Munqadir pun pergi. Ia mafhum bahwa Aisyah pun hidup lebih sulit daripadanya. Atas takdir Allah SWT, tiba-tiba datang utusan Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan kepada Aisyah. Ia membawa 10.000 dinar titipan Khalifah dan menyerahkannya kepada Aisyah sebagai hadiah. Aisyah terus-terang merasa takjub atas hal ini. “Alhamdulillah, alangkah cepatnya apa yang aku angan-angankan. Ini sudah dikabulkan Allah.”
Sebagaimana yang ia ucapkan tadi, Aisyah segera mengutus orang untuk mencari Muhammad al-Munqadir. Alangkah gembiranya Muhammad al-Munqadir ketika mendapat uang sebanyak itu. Tidak hanya cukup untuk mengganjal rasa laparnya, di kemudian hari, ia menggunakan pemberian Aisyah itu untuk menikahi seorang budak wanita yang dibelinya. Maka, berakhirlah kehidupan membujang Muhammad al-Munqadir yang sangat lama itu.
Oleh Allah SWT, mereka dikarunia tiga orang anak laki-laki. Ketiganya diberi nama Muhammad, Abu bakar dan Umar. Waktu pun berlalu, ketiga anak lelaki itu tumbuh menjadi pemuda-pemuda yang sangat gagah berani dan tidak berbeda dengan ayahnya.
Hamba Allah yang masih mempunyai kekerabatan dengan Abu bakar ash-Shiddiq ini adalah orang yang sangat dekat dengan Allah SWT. Tapi, tampaknya tak seorang pun yang tahu bagaimana gerangan kedekatan lelaki tersebut. Suatu hari, karena kelaparan yang sangat, ia datang ke rumah Aisyah binti Abu Bakar. Ia berharap Aisyah dapat memberinya sedikit makanan untuk mengganjal perutnya yang sudah meronta-ronta. Namun, alangkah sedihnya beliau ketika Aisyah mengatakan bahwa ia pun tidak mempunyai apapun untuk diberikan.
“Wahai Muhammad, aku pun hidup di dalam keadaan serba kekurangan. Andaikata aku mempunyai uang 10.000 dinar sekarang, niscaya akan kuberikan kepadamu,” ujar Aisyah.
Dengan lunglai Muhammad al-Munqadir pun pergi. Ia mafhum bahwa Aisyah pun hidup lebih sulit daripadanya. Atas takdir Allah SWT, tiba-tiba datang utusan Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan kepada Aisyah. Ia membawa 10.000 dinar titipan Khalifah dan menyerahkannya kepada Aisyah sebagai hadiah. Aisyah terus-terang merasa takjub atas hal ini. “Alhamdulillah, alangkah cepatnya apa yang aku angan-angankan. Ini sudah dikabulkan Allah.”
Sebagaimana yang ia ucapkan tadi, Aisyah segera mengutus orang untuk mencari Muhammad al-Munqadir. Alangkah gembiranya Muhammad al-Munqadir ketika mendapat uang sebanyak itu. Tidak hanya cukup untuk mengganjal rasa laparnya, di kemudian hari, ia menggunakan pemberian Aisyah itu untuk menikahi seorang budak wanita yang dibelinya. Maka, berakhirlah kehidupan membujang Muhammad al-Munqadir yang sangat lama itu.
Oleh Allah SWT, mereka dikarunia tiga orang anak laki-laki. Ketiganya diberi nama Muhammad, Abu bakar dan Umar. Waktu pun berlalu, ketiga anak lelaki itu tumbuh menjadi pemuda-pemuda yang sangat gagah berani dan tidak berbeda dengan ayahnya.
Semoga bermanfaat walau singkat. Kisah lainnya ada di
http://den-tama.blogspot.com/2012/09/menikah-karena-buah-apel.html
No comments:
Post a Comment